Investasi di Indonesia

Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung dalam pembangunan perekonomian nasional. Selain mampu menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga berperan penting dalam pembentukan PDB, penerimaan devisa, penyediaan pangan, pengentasan kemiskinan, perbaikan pendapatan masyarakat, bahkan pembentuk budaya bangsa dan penyeimbang ekosistem.

Salah satu hal penting dalam sektor pertanian merupakan sektor pangan. Ketersediaan pangan menjadi sangat penting seiring dengan tingkat pertumbuhan masyarakat Indonesia saat ini. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 257,9 juta jiwa. Jumlah ini menuntut ketersediaan dan ketahanan pangan yang besar untuk dipenuhi. Oleh karena itu, dalam upaya mengatasi persoalan pangan ini, investasi sektor pangan perlu untuk ditingkatkan.

Realisasi investasi di sektor pangan mengalami tren yang positif. Hal ini akan terus didukung oleh pemerintah untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian melalui investasi pada rantai pasok dan modernisasi alat-alat pertanian. Diharapkan dengan menguatkan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) akan meningkat.

Perkebunan Jagung
Hasil Pemetaan Tahun 2012—Komoditi Jagung sedang menjadi salah satu primadona dalam agribisnis di Indonesia. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama selain padi dan kedelai (Rusastra et al, 2004). Jagung termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Jagung digunakan sebagai makanan hewan ternak dan juga digiling menjadi tepung jagung (comstarch) untuk produk-produk makanan, minuman, pelapis kertas, dan farmasi. Di beberapa Negara, jagung dibuat menjadi alkohol sebagai campuran bahan bakar kendaraan untuk mengurangi polusi (Park, 2001). Kondisi ini memberi isyarat kepada investor bahwa jagung mempunyai prospek pemasaran yang lebih baik.

Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah berdasarkan RTRW seluas kurang lebih 39.357 Ha (tiga puluh sembilan ribu tiga ratus lima puluh tujuh hektar) tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Gowa, dan Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan kering seluas kurang lebih 17.756 Ha (tujuh belas ribu tujuh ratus lima puluh enam hektar) terutama di Kecamatan Bontonompo, Kecamatan Parigi, Kecamatan Tinggimoncong, Kecamatan Tombolo Pao, dan Kecamatan Tompobulu.

Benih merupakan masukan dasar yang paling penting dalam pertanian (Paliwal, 2000). Sejak dicanangkannya revitalisasi pertanian di Jatiluhur tahun 2005, upaya peningkatan luas panen jagung hibrida ditingkatkan terus dan pada tahun 2008 areal panen jagung hibrida mendekati 56% dari luasan lahan pananaman jagung didalam negeri yang tercatat seluas 4,25 juta hektare (Bisnis Indonesia, www.pertanian.go.id, diakses 7 Agustus 2008). Bahkan data dari Direktorat Perbenihan (2008) menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2008, data distribusi jagung hibrida telah mencapai 57,4%, komposit 16,75% dan varietas lokal 25,81%. Benih jagung hibrida silang tunggal dibentuk dari persilangan dua inbrida sebagai tetua pembentuknya (jantan dan betina). Pada tahun 2009, hasil biji yang dicapai pada komposisi 1:2 di Kp.Bajeng, Kabupaten Gowa dapat mencapai 1,18 t/ha, dikarenakan komposisi pertanaman tersebut rendemen biji cukup tinggi hingga mencapai 50,52% di Kp.Bajeng, Kabupaten Gowa.

Pada perayaan Hari Pangan Sedunia ke-31 pemerintah Indonesia mengambil tema Menjaga Stabilitas Harga dan Akses Pangan Menuju Ketahanan Pangan Nasional . Jagung kedepan diharapkan menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi konsumsi beras yang semakin meningkat. Indonesia telah mencanangkan program One Day No Rice . Pemanfaatan pangan lokal memang perlu terus ditingkatkan, sebagai salah satu solusi dalam memperkuat upaya ketahanan pangan. Menurut Food Price Watch, harga pangan global tahun 2011 secara signifikan lebih tinggi dibanding tahun 2010. Sejak krisis pangan melanda tahun 2007 hingga sekarang, kenaikan harga komoditas jagung menempati posisi tertinggi hingga 84 persen, disusul gula 62 persen, gandum 55 persen, dan minyak kacang kedelai 47 persen.

Ada banyak penyebab diantaranya stok jagung di pasar dunia semakin menipis, sementara permintaan jagung dunia semakin meningkat. Stok jagung di pasar dunia hanya menyisakan 15 juta ton, padahal biasanya mencapai di atas 70 juta ton. Seperti Cina yang semula tidak mengimpor jagung, tahun ini mengimpor sebesar 1,7 juta ton. Tahun depan, Cina diprediksi bakal mengimpor sebanyak 5 juta ton, Malaysia 2,8 juta ton, Korea 8,9 juta ton, dan Jepang impor 16 juta ton. Padahal, dari produksi jagung dunia sebanyak 612,5 juta ton, Amerika Serikat masih menguasai produksi yang mencapai 256,9 juta ton dan menyusul Cina sebesar 114 juta ton Kedua, karena kenaikan di bursa saham dan harga minyak mentah dunia.

Selain gandum, singkong, dan sagu, sebenarnya jagung memiliki potensi yang sangat besar untuk menggantikan beras. Karena, jagung merupakan sumber karbohidrat sebagaimana beras, dan dapat dijadikan bahan baku untuk aneka ragam produk olahan. Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya di Madura dan Nusa Tenggara, telah menggunakan jagung sebagai bahan pangan pokok. Kini, Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai alternatif sumber pangan. Sebenarnya, Indonesia memiliki potensi yang besar menjadi eksportir jagung global bersama dengan negara-negara produsen jagung lainnya di dunia dalam lima tahun mendatang

Peternakan
Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber yaitu ternak sapi lokal, hasil peggemukan sapi impor dan impor daging dari luar negeri. Peternakan (Cattle) khususnya sapi adalah peluang investasi yang menjadi sub sektor prioritas di bidang Agrikultur. Investasi ini cukup layak untuk dilakukan dengan ketersediaan area lahan di beberapa Propinsi yang berpotensi untuk dibangunnya Peternakan Sapi. Tersedianya lahan sawit yang luas menjadikan Indonesia sebagai daerah yang sangat menjanjikan untuk usaha pada sektor peternakan. Dari limbah sawit dapat diambil bungkil, pelepah dan solid sebagai pakan ternak sapi.

Peternakan sapi merupakan salah satu jenis dari kegiatan peternakan ruminansia selain peternakan kambing, domba, kerbau dan kuda yang pada umumnya dikembangkan masyarakat Indonesia. Dibandingkan dengan peternakan ruminansia lainnya, peternakan sapi lebih menonjol dan dominan. Hal ini bisa dilihat dari produksi, populasi dan permintaan kebutuhan daging sapi yang relatif tinggi dan terus meningkat.

Di propinsi Kalimantan Selatan, sentra populasi ternak sapi terbesar berada di Kabupaten Tanah Laut. Populasi ternak sapi di Kabupaten Tanah Laut mencapai 51.190 ekor (2013). Sedangkan jenis sapi yang dikembangkan adalah Sapi Bali, Brahman, Peranakan Ongole (PO).

Dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif, usaha di bidang peternakan terus didorong menjadi usaha agribisnis menuju era industri, dengan harapan Kabupaten Tanah Laut tidak lagi mengirim sapi hidup keluar daerah tetapi sudah dalam bentuk daging segar beserta hasil olahan lainnya. Untuk itu, upaya modernisasi sarana Rumah Potong Hewan (RPH) terus dilakukan. Produk olahan daging sapi yang dapat diusahakan sehingga bernilai ekonomis antara lain bakso, kornet, abon, dendeng, sosis dan daging asap.

Ketersedian sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah merupakan potensi yang dimiliki Kabupaten Pekalongan, yang dapat dikembangkan menjadi kawasan produktif di bidang ekonomi berbasis sumber daya alam. Luas lahan potensial untuk penggemukan sapi potong sekitar 11.298,03 Ha yang tersebar di beberapa wilayah antara lain Kecamatan Talun, Doro, Karanganyar, Kajen, dan Kesesi. Kecamatan tersebut merupakan penghasil ternak sapi terbesar. Kabupaten Pekalongan mempunyai potensi yang cukup besar pada sektor pertanian khususnya bidang perternakan. Adapun populasi sapi potong pada tahun 2013 sebanyak 17.501 ekor, dengan pemasaran untuk kebutuhan lokal, nasional dan regional. Melihat kondisi sumber daya alam yang tersedia peluang sektor agribisnis perternakan cukup prospektif.

Sapi Bali memiliki keunggulan dalam hal kesuburan, pertambahan berat badan setiap hari, toleransi terhadap panas dan libido jantan. Sapi Bali dari penelitian tergolong subur, sehingga potensial dijadikan sebagai pilihan ternak sapi bibit. Fertilitas sapi Bali 83%-86% lebih baik dari sapi Eropa yang rata-rata mempunyai fertilitas 60%. Umur dewasa kelamin 18 bulan. Persentase kelahiran dari jumlah sapi Bali yang dikawinkan 83,4%, sementara persentase lahir mati relatif kecil, sekitar 3,65%. Kelebihan lain sapi Bali, meski tanpa diberi pakan penguat mampu memanfaatkan hijauan bermutu rendah, dan tidak mengalami gangguan pertumbuhan.

Pola investasi yang dapat digunakan di Kabupaten Klungkung adalah kemitraan usaha (perusahaan peternakan berfungsi sebagai perusahaan inti sedangkan peternakan rakyat berfungsi sebagai plasma) atau berdiri sendiri sebagai suatu perusahaan peternakan. Tetapi sebaiknya calon investor peternakan sapi di Kecamatan Klungkung menggunakan pola kemitraan dengan masyarakat setempat, sehingga calon investor tidak harus membeli/ menyewa lahan untuk menanam hijauan makanan ternak karena hijauan ini dapat ditanam di sekeliling pertanian masyarakat dengan menggunakan sistem tiga strata (STS) yang telah berhasil diuji coba di Kecamatan Nusa Penida.

Kebutuhan daging sapi nasional semakin meningkat dari tahun ke tahun. Produksi daging sapi nasional tahun 2014 sebesar 430.000 ton, dan tahun 2015 ditargetkan sebesar 530.000 ton. Namun demikian, ketersediaan daging sapi nasional masih kurang dibanding kebutuhan. Tahun 2015 kebutuhan nasional daging sapi ditaksir mencapai 580.000 ton. Daging sapi diperkirakan masih akan mengalami defisit 0,04 juta ton. Kebutuhan daging sapi lebih tinggi dari produksi sehingga investasi di bidang penggemukan sapi masih sangat menjanjikan untuk diwujudkan. Konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia saat ini masih sangat rendah yaitu 2,1 kg/ kapita/tahun. Selisih permintaan dan kemampuan supply daging sapi dalam negeri ini menjadi peluang pasar dalam negeri bagi calon investor penggemukan sapi potong. Peternakan sapi mempunyai

Peluang investasi dibidang peternakan sapi di Kabupaten Sumbawa memiliki kelayakan secara teknis dapat dilakukan dalam bentuk usaha pembibitan sapi dan usaha penggemukan sapi. Pola pengembangan peternakan sapi menggunakan sistem kandang dan sistem lar. Penggunaan padang pengembalaan bersama (lar), Peternakan sapi di Kabupaten Sumbawa umumnya menggunakan sistem pengembalaan pada lar dan tidak dikandangkan.

Kabupaten Sumbawa memiliki dukungan lahan peternakan/lar sebesar 501.284 ST (Satuan Ternak).

Jumlah Curah hujan per tahun rata-rata dibawah 2.000 mm. Ras sapi lokal merupakan jenis sapi yang paling tepat untuk dibudidayakan maupun digemukkan. Sumbawa memiliki jenis sapi lokal yang mampu hidup pada wilayah kering/sedikit air.

Calon investor paling tepat menggunakan ras sapi lokal untuk dibudidayakan maupun digemukkan, karena telah teruji kemampuannya untuk beradaptasi dan bertahan pada kondisi iklim tropis dan relatif kering. Jenis sapi lokal yang sudah dikembangkan di daerah Sumbawa adalah sapi Bali dan sapi Sumbawa. Wilayah peternakan Kabupaten Sumbawa bebas dari penyakit hewan menular strategis, seperti Rabies, Jembrana, Brucellocis dan Septichaema Epizootica1.

Pola investasi yang paling cocok adalah plasma inti. Karena investor tidak dapat memiliki atau memonopoli suatu lar, jenis sapi yang paling tepat dikembangkan adalah ras sapi lokal dan biaya pemeliharaan sapi yang paling murah adalah dengan menggunakan sistem pengembalaan, maka bentuk investasi budidaya sapi di Kabupaten Sumbawa yang paling baik adalah dengan menggunakan pola plasma inti, dimana modal berupa ternak dan teknologi dapat berasal dari investor.

Daerah-daerah lain yang cukup potensial untuk usaha peternakan sapi antara lain Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Lamandau, Kabuapten Tanahlaut, Kabupaten Pemalang, Kabupatemn Pekalongan, Kabupaten Grobongan dan Kabupaten Boyolali.

Info Lebih Lanjut ?

Testimoni

[grw id=7035]

Contact

0821 1445 5650

0811 727 1010

BOGOR OFFICE

CITRA INDAH CITY
Ruko Shooping Street – Blok SS. 09, No.05 – BOGOR – JAWA BARAT